Kalau membaca judul diatas anda tentunya jemu bila saya membahas dulu tentang morfologi tikus dulu, namun saya harap terus membaca artikel ini, karena akan terbengong-bengong dan takjub bila anda mengenal lebih baik dengan si tikus ini, dan bahkan mungkin juga anda akan jatuh hati dan mengkategorikan tikus menjadi golongan hewan pintar
- Sub filum : Vertebrata (bertulang belakang)
- Klas : Mamalia (menyusui)
- Ordo : Rodentia (mengerat)
- Family : Murideae
- Species : rattus sp.
Jenis Hama
Tikus
- Tikus sawah : Rattus argentiventer
- Tikus semak : Rattus tiominicus
- Tikus rumah : Rattus rattus
- Tikus ladang : Rattus exulans
Makanan
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi
makanan yang banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan.
Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih
disukai daripada yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per
hariatau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai
umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu.Makanan yang berasal dari hewan
terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini
merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh
yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai
sumber tenaga.Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan
makanan seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung
dari kandungan air dan gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif
pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam
hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap
benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka
makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan
mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya. Hal ini dapat mempengaruhi
keberhasilan pengendalian secara kimia dengan menggunakan umpan beracun,
sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan adalah umpan yang disukai
oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak
terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut membuat keracunan
dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan tanda bahaya kepada
teman-temannya. maka dari itu untuk penggunaan pestida kimia sebaiknya
digunakan pestisida yang membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut akan
mati dalam beberapa hari, sehingga tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak
akan tahu kalau makanan yang dimakannya ternyata beracun. Dalam mencari
makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama, sehingga
lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman
untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru.
Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan
tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada
jalan tersebut yang dapat diciuminya.
Pengelihatan.
Dilihat dari
pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata tikus mempunyai
pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta warna,
artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan
tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam.
Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang
merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna
gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda
yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter
Penciuman
Organ
penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus
jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk
dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang
berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.
Indera Pendengaran
Pendengaran tikus sangat baik. Tikus
dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar
oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi
menjadi beberapa suara, yaitu :
- Suara-suara pada saat akan melakukan perkawinan
- Suara-suara menandakan adanya bahaya
- Suara-suara pada saat menemukan makanan
- Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
Sarang
Sarang yang
dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar
dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang
membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat
dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya.
Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan.Selain
itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak
anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus juga
dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan kamar
sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan.
Perkembangbiakan
Tikus
berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat
kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3
minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12
ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan.
Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin
lagi
Pengendalian
pengendalian
yang paling sering kita gunakan biasanya menggunakan metode gropyokan atau
dengan memasang umpan, namun yang palig tepat dilakukan adalah pengendalian
terpadu.
Kalu kita
menggunakan umpan beracun ada baiknya kita menggunakan umpan yang tidak
langsung membunuh dengan cepat, gunakanlah rodentisida yang membunuh secara
perlahan misal Klerat dan ratikus, karena seperti yang saya bicarakan diatas
tikus bila makan makanan yang beracun cepat reaksi kematiannya, maka dia akan
memberi sinyal suara kesakitan dan tanda bahaya kepada temannya , sehingga
teman-temannya akan waspada terhadap makanan baru, dan tidak mau makan terhadap
umpan yang kita berikan.
Pemberian
umpan tersebut sebaiknya jangan disentuh dengan tangan sebab indra penciuman
tikus sangat tajam terhadap bau yang baru dan aneh termasuk bau manusia.
Lakukan pada
saat paceklik pangan bagi tikus yaitu saat lahan bera (tidak ditanami) sampai
pada saat menjelang produksi pangan (bila pada padi menjelang bunting).
Sebaiknya
dilakukan secara bersama-sama minimal dalam luasan lahan 5 Ha.
Berikut cara
-cara pengendalian terpadu :
Pada pengendalian terpadu ini ada tiga prinsip yang dapat diterapkan yaitu:
- ·Menurunkan populasi tikus sampai pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis,
- ·Melindungi tanaman atau bahan simpanan dari serangan tikus,
- ·Mengurangi ketersediaan makanan bagi tikus.
- Untuk keberhasilan pengendalian terpadu ini diperlukan beberapa syarat, yaitu :
- ·Melakukan secara serentak pada areal yang luas (minimal 5 ha),
- ·Dilakukan secara berkesinambungan sampai populasi tikus berada dibawah ambang ekonomi,
- ·Diterapkan sistem pengamatan dini yaitu ‘cepat melihat cepat melapor
- ·Tepat metode, yaitu sederhana, praktis, dan sesuai dengan kondisi setempat,
- ·Tepat sarana, pada tiap kelompok tani minimal ada 50 alat emposan, 50 kg belerang dan 100 kg rodentisida siap pakai, dan
- ·Dilakukan dengan pengorganisasian yang rapi.
- Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pengendalian terpadu adalah kultur teknis, sanitasi, fisik-mekanis, biologis, dan kimiawi.
a. Pengendalian secara kultur teknis
- Pengendalian secara kultur teknis pada dasarnya adalah memanfaatkan cara-cara bercocok tanam (agronomis) yang dapat menekan populasi tikus. Beberapa cara ini yang dapat diterapkan adalah:
- ·Melakukan pemberaan pada lahan, yaitu untuk beberapa saat lahan dibiarkan kosong dengan tujuan agar tikus tidak mendapatkan makanan di tempat tersebut dan pergi ke tempat lain.Apabila cara ini tidak dapat diterapkan, dapat dipergunakan cara berikutnya.
- ·Melakukan pergiliran tanman, dimana dalam satu tahun musim tanam diusahakan untuk tidak ditanami padi terus menerus, tetapi diselingi dengan palawija, sehingga untuk tiga kali musim tanam adalah padi-padi-palawija atau padi-palawija-padi.Hal ini dapat menghambat perkembangan populasi tikus yang lebih cocok hidup pada tanaman padi dibandingkan dengan palawija.
- ·Melakukan penanaman secara serempak pada areal yang cukup luas dengan varietas yang sama, sehingga panennya dapat serempak juga. Hal ini bertujuan untuk memutuskan rantai makanan tikus.
- ·Mengatur jarak tanam, dengan cara menghilangkan baris ke enam dan kelipatannya (12, 18, 24 dan seterusnya) sehingga pertaaman terdapat celah-celah kosong.Hal ini bertujuan untuk mengurangi serangan tikus karena pada umumnya tikus lebih suka menyerang pada bagian tengah pertanaman yang ralatif rapat atau tertutup.Untuk mengganti baris-baris tanaman yang hilang, dapat ditanam bagian pinggir dengan agak rapat. Tikus tidak mau menyerang bagian tepi karena hal ini dapat menjadikan pintu masuk ke sarang terbuka, sehingga mudah dilacak oleh musuh-musuhnya termasuk manusia.
b. Pengendalian dengan sanitasi
- Dalam kegiatan pertanian, cara ini juga termasuk dalam cara kultur teknis, akan tetapi disini dipisahkan karena sanitasi merupakan satu cara tersendiri yang cukup efektif dalam menekan populasi tikus.Tujuan sanitasi pada dasarnya adalah menghilangkan daya dukung lingkungan bagi tikus, sehingga tikus akan mati atau melarikan diri.Sanitasi yang dapat diterapkan adalah membersihkan sisi tanaman yang masih ada di sekitar pertanaman yang mungkin dapat dijadikan sarang oleh tikus.Sanitasi juga dapat diterapkan untuk mengendalikan tikus yang hidup di gudang atau di dalam rumah dengan membersihkan tumpukan barang-barang yang mungkin akan dijadikan sarang tikus.
c. Pengendalian secara fisik-mekanis
Pengendalian ini merupakan cara yang paling awal dalam menekan populasi
tikus. Prinsip dasar pengendalian ini adalah menghalangi tikus masuk ke suatu
areal pertanaman atau membunuh tikus secara langsung baik dengan tangan atau
dengan bantuan alat-alat seperti perangkap, pemukul kayu dan senapan
angin.Beberapa cara pengendalian secara fisik-mekanis yang dapat diterapkan
adalah:
- ·Membuat barirs atau penghalang mekanis dari bahan-bahan yang tahan terhadap gigitan tikus seperti seng, aluminium, kawat dan lain-lain.Kalau mungkin pada barier mekanis ini dapat juga dialiri arus listrik mulai dari tegangan rendah yang membuat kaget tikus sampai teganan tinggi yang langsung membunuh tikus.
- ·Memasang perangkap terutama pada jalan-jalan yang biasa dilalui oleh tikus.Hal ini lebih memungkinkan pada tanaman perkebunan daripada tanaman pangan.
- ·Mengadakan gropyokan dengan cara membongkar sarang tikus dan membunuh tikusnya secara langsung.Cara gropyokan ini dapat dibantu oleh anjing-anjing yang sudah terlatih yang dapat mendeteksi sarang afkir atau sarang yang masih ada tikus didalamnya.
- Keuntungan yang didapat dari pengendalian secara fisik-mekanis dibandingkan dengan pengendalian secara kimia antara lain adalah petani merasa puas karena hasilnya jelas terlihat dan apabila populasi tikus di lapang tinggi, yang dapat dibunuh jumlahnya banyak.Namun demikian,cara pengendalian ini juga memiliki kelemahan yaitu populasi tikus dapat kembali meningkat cepat karena potensi tersedianya makanan di lapang, petani biasanya cepat merasa puas sehingga mereka malas untuk melakukan pengendalian dengan cara lain, cara gropyokan dapat merusak tanaman yang masih ada di lapang dan juga merusak galengan, dan cara ini memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Hal ini akan menjadi mahal bila saat itu para petani sedang mengerjakan pekerjaan lain diluar bidang pertanian
d. Pengendalian secara biologi
Prinsip pengendalian cara ini adalah menggunakan musuh alami tikus yang
dapat membunuhnya.Secara umum musuh alami tikus dapat dibagi dua yaitu predator
atau pemangsa yang dapat langsung memakan tikus, dan patogen atau penyebab
penyakit yang dapat menimbulkan penyakit pada tikus sehingga dapat membunuh
tikus secara tidak langsung. Patogen yang sudah diketahui dapat
menimbulkanpenyakit pada tikus adalah bakteri Salmonella, tetapi bakteri ini juga dapat menimbulkan penyakit
pada manusia sehingga bila diaplikasikan dalam jumlah yang besar dikhawatirkan
dapat membahayakan manusia.
Predator atau pemangsa yang dapat menekan populasi tikus dibagi atas tiga
golongan yaitu ular, burung buas, dan hewanmenyusui pemakan daging.Ular yang
dapat memakan tikus adalah ular piton atau sanca (Pyton sp.), ular
tikus (Ptyas sp.), dan ular kobra (Naja sp.). Burung buas yang dapat memakan tikus adalah burung elang (Elanus sp.), burung
hantu (Bubo sp. dan Tyto alba) serta kowak maling (Nyctytorax sp.). Sedangkan hewan menyusui pemakan daging yang dapat memakan tikus
adalah musang (Viverra sp.), garangan (Herpestes sp.), kucing (Felis catus), dan anjing (Canis
Familiaris).Kemampuan memangsa tikus dari ketiga golongan hewan
ini sesuai dengan aktivitasnya yaitu dengan perbandingan ular satu ekor, burung
buas sepuluh ekor, dan hewan menyusui empat ekor per satuan waktu. Burung
mempunyai kemampuan memangsa yang paling tinggi dibandingkan dengan hewan
menyusui dan ular karena laju metabolisme tubuh hewan ini yang paling tinggi.
e. Pengendalian secara kimia
Pada prinsipnya pengendalian ini menggunakan bahan-bahan kimia untuk
membunuh atau mengganggu aktivitas tikus.Pengendalian secara kimia dapat dibagi
menjadi empat bagian, ayitu fumigasi (asap beracaun), repellent (bahan kimia
pengusir tikus) dan attractant (bahan kimia pengikat tikus), dan chemo-sterilant (bahan kimia yang dapat memandulkan tikus).
·Fumigasi (asap
beracun)
Fumigasi dapat digunakan pada saat tanaman padi memasuki stadia generatif,
karena pada saat itu umpan beracun yang diberikan tidak akan dimakan oleh
tikus.Tikus lebih tertarik pada tanaman padi terutama pada bagian malai.Asap
beracun dikeluarkan atau diemposkan dengan bantuan alat alat pengempos yang
terbuat dari logam tahan panas.Bahan-bahan yang digunakan dalam fumigasi adalah
merang ditamabh belerang, kemudian dibakar.Jika tidak ada belerang, merang
sendiri dapat digunakan, karena pada pembakaran merang akan dihasilkan gas
karbondioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang juga dapat
meracuni tikus.Penambahan belerang akan terbentuk gas belerang dioksida (SO2)
sebagai tambahan yang dapat membunuh tikus lebih cepat.Kelebihan fumigasi
dibandingkan umpan beracun adalah dapat membunuh anak-anak tikus dan kutu yang
menempel di kulit tikus, yang tidak mati bila tikus dikendalikan dengan umpan
beracun.
Umpan beracun biasanya dibuat
dari kombinasi antara racun, bahan pemikat, bahan pewarna, bahan pengikat, dan
bahan pengawet.Secara umum racun dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan
cara kerjanya pada tikus, yaitu racun akut (racun yang cara kerjanya mempengaruhi
sistem syaraf tikus) dan racun kronis/racun antikoagulan (racun yang cara
kerjanya mempengaruhi atau menghambat proses koagulasi/pembekuan darah).Umpan
yang biasa digunakan adalah biji-bijian serealia terutama beras dan jagung
karena makanan ini yang paling disukai oleh tikus.
Bahan pemikat (attractant) merupakan bahan yang ditambahkan pada umpan tikus dengan tujuan untuk
menarik tikus agar mau makan umpan tersebut. Bahan penarik ini biasaya berupa
gula atau vetsin (bumbu masak) atau bahan-bahan lain yang merupakan hasil
penelitian perusahaan pestisida dan biasanya tidak diberitahukan kepada
masyarakat umum.
Bahan pewarna (colouringu) yang biasa digunakan adalah pewarna makanan, dan pewarna kain yang mudah
larut.Walaupun tikus termasuk hewan yang buta warna, tetapi tikus cenderung
tertarik pada warna-warna tertentu, seperti hijau, kuning dan hitam.
Bahan pengikat (binder) merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat atau melekatkan racun dengan
umpan dan bahan-bahan lainnya. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah
minyak nabati (tumbuh-tumbuhan) yang berasal dari kelapa, jagung atau kacang
tanah.
Bahan pengawet (preservative) merupakan bahan digunakan untuk meningkatkan daya tahan rodentisida baik di
tempat penyimpanan maupun selama diaplikasikan di lapang terhadap gangguan dari
luar, baik gangguan dari makhluk hidup (serangga, cendawan, dan lain-lain) atau
gangguan cuaca (hujan, suhu,dan lain-lain).Bahan pengawet/pelindung dari
serangan serangga adalah insektisida, dari serangan cendawan adalah
fungisida.Yang perlu diperhatikan adalah pemberian pestisida ini dapat
mengurangi keinginan tikus utuk memakannya, maka pemberian pestisida ini harus
melalui serangkaian percobaan. Bahan pengawet terhadap gangguan cuaca adalah
lilin atau parafin, dengan perbandingan lilin 30-40% dan umpan beracun 60-70%.
·Repellent
(bahan pengusir) dan attractant (bahan pemikat)
Bahan kimia pengusir ini mula-mula dibuat untuk mengamankan hasil pertanian
yang disimpan di gudang dari serangan tikus dan burung. Dari hasil pengujian
terhadap beberapa bahan kimia, ada beberapa jenis yang dapat berfungsi sebagai
bahan pengusir yaitu naftalen, kapur, bubuk belerang, dan ekstrak buah
cabai.Dalam pelaksanaannya, untuk mengusir tikus-tikus di lapang masih ditemui
beberapa kesukaran.Sedangkan bahan kimia penarik dapat dicampurkan ke dalam
umpan beracun untuk menarik tikus atau dapat digunakan sebagai umpan yang
diletakkan di dalam perangkap tikus.
·Chemo-sterilant
(bahan pemandul)
Cara kerja bahan ini di dalam tubuh tikus bersifat khusus seperti halnya
bahan-bahan kontrasepsi pada manusia, yaitu :
- Menghambat pembentukan sel telur,
- Menghambat terjadinya pembuahan (pertemuan sel sperma dengan sel telur),
- Mencegah terjadinya penempelan embrio pada dinding rahim,
- Menyebabkan keguguran,
- Menghambat pembentukan air susu pada induk tikus, dan
- Menjadikan keturunannya tikus mandul.
Dalam prakteknya di lapang, bahan kimia pemandul ini sukar diterapkan
karena dalam pembuatannya membutuhkan biaya yang tinggi dan hasil yang dicapai
masih belum memuaskan.
Sumber:Tohari yusuf.wordpress.com
No comments:
Post a Comment