Salam
Tani !! Masih menyambung tentang Fungisida dan Bakterisida alami yang telah
maspary posting
kemarin, pada kesempatan kali
ini kita akan menyampaikan tentang Fungisida dan bakterisida mikrobiologi hasil
tulisan dari
Panut Djajasumarto. Sebelumnya maspary mohon maaf karena agak lama dalam
memosting artikel ini, karena memang kesibukan yang luar biasa sehingga nggak sempat untuk
membuka notebook. Artikel ini sangat penting untuk di baca karena sangat
terkait dengan tulisan maspary di blog Gerbang Pertanian yang
terdahulu baik itu mengenai PGPR, MOL, Trichoderma, corynebakterium dll.
Baiklah nggak usah panjang lebar kita langsung meluncur ke TKP aja :
FUNGISIDA DAN BAKTERISIDA
MIKROBIOLOGI
Sejumlah
mikroorganisme (terutama jamur dan bakteri) diketahui merupakan antagonis
terhadap jamur penyebab penyakit tanaman (fitopatogenik). Mekanisme tentang
bagaimana mikroorganisme antagonis ini mengendalikan jamur fitopatogenik, tidak
selalu jelas, tetapi umumnya merupakan salah satu atau gabungan beberapa cara sebagai
berikut (Agrios, 2005; Loekas Soesanto, 2008).
- Kompetisi. Beberapa mikroorganisme bersaing dengan jamur fitopatogen dalam memperoleh unsur hara dan ruang bagi kehidupannya. Contohnya, Pseudomonas putida bersaing dengan Pythium ultimum (penyebab penyakit rebah semai pada kapri dan kedelai) dan Fusarium oxysporum (penyebab penyakit layu fusarium);
- Parasitisme. Beberapa mikroorganisme lainnya bersifat parasit (disebut hiper-parasit) dari jamur penyebab penyakit tanaman. Contohnya, Serratia marcescens adalah hiper-parasit bagi Fusarium oxysporum (penyebab penyakit layu fusarium).
- Antibiosis. Ada pula mikroorganisme yang menghasilkan senyawa kimia tertentu (toksin atau antibiotik) yang beracun bagi jamur penyebab penyakit tanaman. Contohnya, jamur Pseudomonas fluorescens menghasilkan antibiotika yang mampu menghambat Thielaviopsis basicola (penyebab penyakit busuk akar hitam pada tanaman tembakau).
- Menghasilkan enzym yang menghancurkan sel-sel jamur patogen, atau
- Menghasilkan metabolit lain yang merugikan jamur patogen.
- Menginduksi pertahanan tanaman inang (induced host resistance). Akhirnya ada juga mikroorganisme yang merangsang tanaman dimana mereka hidup untuk mengaktifkan mekanisme pertahanan terhadap keberadaan jamur patogen, misalnya merangsang tanaman untuk menghasilkan fitoaleksin, sistim SAR (systemic acquired resistance = ISR, induced systemic resistance), dsb.
Mikroorganisme
antagonis kebanyakan adalah jamur dan bakteri, yang akan dibicarakan secara
agak detail pada halaman-halaman berikut. Kecuali jamur (fungi) dan bakteri,
telah diketahui pula bahwa beberapa mikroba lainnya juga juga dapat
dikembangkan menjadi fungisida dan bakterisida mikrobiologi, misalnya (Agrios,
2005).
- Nematoda
pemakan jamur Aphelenchus avenae merupakan parasit bagi Rhizoctonia dan
Fusarium.
- Amoeba Vampyrella merupakan parasit bagi jamur patogen Cochliobolus sativus dan Gaeumannomyces graminis.
- Amoeba Vampyrella merupakan parasit bagi jamur patogen Cochliobolus sativus dan Gaeumannomyces graminis.
Fungisida Biologi: Jamur
Hingga kini, telah dilaporkan 54 genus jamur, meliputi ratusan spesies yang mempunyai potensi sebagai antagonis bagi jamur penyebab penyakit tumbuhan. Genus-genus tersebut abtara lain (Habazar dan Yaherwandi, 2006): Acaulospora, Ampelomyces, Ascocoryne, Aspergillus, Aureobasidium, Candelabrella, Candida, Catenaria, Chaetomium, Cicinobolus, Cladosporium, Coniothyrium, Cryptococcus, Cryphonectria (dahulu Endothia), Dactylaria, Dactylela, Fusarium, Genicularia, Gliocladium, Glomus, Hansfordia, Heteroconium, Laccaria, Laetisaria (dahulu Corticium), Leucopaxillus, Myrothecium, Microsphaeropsis, Nematophthora, Oidendron, Penicillium, Piniophora, Phialocephala, Phialophora, Pichia, Pisolithus, Pleospora, Pythium, Rhizoctonia, Rhodotorulla, Rosellinia, Saccharomyces, Sclerotinia, Scytalidium, Spherellopsis, Sporidesmium, Trichoderma (dahulu Gliocladium), Trichotecium, Tuberculina, Typhula, Ulocladium, dan Verticillium.
Dari sekian
puluh genus jemur antagonis, yang sering disebut dan relatif banyak diteliti adalah
(Agrios, 2005)
- Jamur dari genus Trichoderma, terutama Trichoderma harzianum merupakan parasit bagi Rhizoctonia dan Sclerotium, dan menghambat pertumbuhan Pythium, Phytophthora, Fusarium dan Heterobasidion (Fomes).
- Laetisaria arvalis (Corticium sp.) merupakan mikoparasit serta antagonis bagi Rhizoctonia dan Pythium;
- Sporidesmium sclerotivorum, Gliocladium virens serta Coniothyrium minitans merupakan parasit serta antagonis bagi Sclerotinia sclerotiorum;
- Talaromyces flavus adalah parasit bagi Verticillium.
- Beberapa spesies Pythium yang non-patogenik juga diketahui merupakan parasit bagi Phytophthora dan spesies Pythium lainnya.
- Jamur Verticillium lecanii diketahui merupakan parasit bagi nematoda patogen Heterodera glycines.
- Jamur Dactylella, Arthrobotrys, Paecilomyces dan Xyphenema merupakan parasit bagi nematoda Meloidogyne sp.
- Jamur Catenaria auxiliaris, Nematophthora gynophila, Verticillium chlamydosporium dan Hirsutella sp., diketahui merupakan parasit bagi nematoda Heterodera dan Globodera.
- Beberapa jenis ragi, seperti Pichia gulliermondii juga merupakan parasit dan menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen seperti Botrytis dan Penicillium.
Di bawah ini
beberapa jenis jamur berguna yang telah berhasil diformulasi secara komersial:
Ampelomyces
quisqualis Ces
Jamur ini
dahulu bernama Cicinnobolium quisqualis ini terdapat luas di alam. Isolat 10
ditemukan di kebun anggur di Israel dan diproduksi secara komersial sebagai
fungisida biologi
setelah diketahui bahwa jamur ini dapat tumbuh dan menghasilkan spora pada
kondisi tertentu.
Jamur
hiperparasit ini digunakan untuk mengendalikan semua jenis jamur penyebab
penyakit embun tepung (powdery mildew) dari familia Erysiphaceae, meskipun
pada tanaman yang berbeda penyebab embun tepungnya juga berbeda.
Spora A.
quisqualis yang berkecambah akan memasuki hifa jamur embun tepung sebagai
parasit, dan akhirnya perkembangan embun tepung akan terhenti. Untuk dapat
berkecambah, spora A. quisqualis memerlukan kelembaban minimal
60%, dan proses masuknya kedalam hifa patogen memakan waktu 2 – 4 jam. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Karena perkecambahan spora A. quisqualis memerlukan kelembaban cukup tinggi, dianjurkan untuk melakukan penyemprotan pada pagi hari sewaktu embun masih ada, atau pada sore hari. Pengendalian akan berhasil baik bila tingkat serangan dibawah 3%. Juga diaplikasikan secara protektif sebelum ada serangan penyakit.
60%, dan proses masuknya kedalam hifa patogen memakan waktu 2 – 4 jam. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Karena perkecambahan spora A. quisqualis memerlukan kelembaban cukup tinggi, dianjurkan untuk melakukan penyemprotan pada pagi hari sewaktu embun masih ada, atau pada sore hari. Pengendalian akan berhasil baik bila tingkat serangan dibawah 3%. Juga diaplikasikan secara protektif sebelum ada serangan penyakit.
Dapat
digunakan bersama (dicampur) dengan insektisida biologi yang umum digunakan (misalnya Bacillus
thuringiensis), jangan dicampur dengan fungisida sistemik seperti sterol
biosynthesis inhibitor (BSI), jangan digunakan bersama bahan kimia lain yang
bersifat oksidator yang kuat, asam, basa, serta air yang mengandung klorin.
Tidak ada
laporan bahwa C. minitans menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain
yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pengguna.
Candida oleophila
Montrocher
Jamur
Candida oleophila merupakan kapang yang terdapat luas di alam. Isolat I-82
telah diproduksi secara komersial oleh Novartis (sekarang Syngenta), dan
diaplikasikan sebagai fungisida dengan cara semprotan atau pencelupan
buah-buahan yang akan disimpan, untuk menghindari penyakit-penyakit pasca
panen, pada apel, jeruk dan lain-lain.
Dapat
dicampur dengan tiabendazol dan etoksiquin, tetapi jangan dicampur dengan
oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.
Candida
saitoana Nakase & Suzuki
Fungisida
jamur ini juga digunakan untuk melindungi buah-buahan sesudah panen agar tidak
diserang jamur patogen. Jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa
dan air yang mengandung klorin.
Clonostachys
rosea f. catenulate (Gilman & Abott) Schroer
Jamur ini
dahulu dinamai Gliocladium catenulatum. Isolat J1446 diisolasi dari tanah di Finlandia,
dan dikembangkan sebagai fungisida biologi bersama oleh Agriculture Research
Centre (Finlandia) dan perusahaan Kemira Agro.
Mikrobial
fungisida ini diaplikasikan secara preventif untuk mengendalikan jamur patogen
seperti Pythium spp., Rhizoctonia spp., dan Phytophthora dengan aplikasi
di tanah, maupun jamur-jamur Botrytis spp., Didymella spp., dan Helminthosporium spp., dengan cara penyemprotan baik di daun maupun hasil panen.
di tanah, maupun jamur-jamur Botrytis spp., Didymella spp., dan Helminthosporium spp., dengan cara penyemprotan baik di daun maupun hasil panen.
Sesudah
aplikasi C. rosea f. catenulate, selama seminggu sebaiknya jangan gunakan
pestisida kimia lainnya. Jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa
dan air yang mengandung klorin.
Coniothyrium
minitans Campbell
Fungisida
mikrobiologi Coniothyrium minitans isolat CON/M/91-08 mula-mula diisolasi tahun
1992 oleh perusahaan Jerman Prophyta, diformulasi tahun 1995 (konidia
diformulasi dalam bentuk WDG), dan diregistrasi oleh Federal Biological
Research Centre for Agriculture and Forestry pada 22 Des. 1997, dan dipasarkan
tahun 1998. Sekarang telah diregistrasi di Eropa dan Amerika Utara.
Digunakan
untuk mengendalikan jamur patogen dari genus Sclerotinia, terutama Sclerotinia
sclerotiorum dan S. minor. Yang dikendalikan oleh C. minitans adalah struktur
fase istirahat (sklerotia) dari organisme target yang berada di tanah. C.
minitans adalah jamur yang lambat sekali berkembangnya, dan sangat tergantung
pada efek mikoparasitnya pada sklerotia jamur sasaran.
Produk
mengandung C. minitans diaplikasikan dengan cara dibenamkan kedalam tanah 2
atau 3 bulan sebelum tanam, atau 2 – 3 bulan sebelum infeksi penyakit
diperkirakan datang.
Dapat
digunakan bersama herbisida trifluralin. Jangan digunakan bersama asam, basa,
dan air yang mengandung klorin.
Tidak ada
laporan bahwa C. minitans menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain
yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.
LD50 oral
pada tikus >2500 mg/kg, dermal >2500 mg/kg, tidak menyebabkan iritasi
mata dan kulit kelinci.
Cryphonectria
parasitica (Murril) Barr
Jamur yang
dulu dinamakan Diaporthe parasitica, Valsonectria parasitica, atau Endothia
parasitica ini diketahui sebagai penyebab penyakit chesnut blight pada tanaman
chesnut. Yang dimanfaatkan sebagai fungisida mokrobiologi adalah isolat non-patogenik
(isolat yang tidak menyebabkan penyakit, isolat non-virulen), yang diisolasi
dari pohon chesnut di Prancis. Digunakan untuk mengendalikan chesnut blight
(Cryphonectria parasitica). Cara kerjanya, isolat non-patogenik (isolat yang
non-virulen) ini akan menempati lokasi dimana isolat virulen menimbulkan
penyakit,
sehingga isolat yang virulen tidak menyerang tanaman. Banyak isolat yang non-virulen dari jamur ini membawa mikovirus (virus yang menyerang jamur, VLP) dan virus ini di alam dapat mentransfer sifat-sifat jamur yang non-virulen ke isolat yang virulen, sehingga isolat yang semula virulen ini menjadi tidak virulen.
sehingga isolat yang virulen tidak menyerang tanaman. Banyak isolat yang non-virulen dari jamur ini membawa mikovirus (virus yang menyerang jamur, VLP) dan virus ini di alam dapat mentransfer sifat-sifat jamur yang non-virulen ke isolat yang virulen, sehingga isolat yang semula virulen ini menjadi tidak virulen.
Aplikasi
dilakukan dengan memperlakukan luka atau bekas pangkasan dengan peroduk yang
mengandung isolat non-patogenik dari C. parasitica secepat mungkin, sehingga
isolat non-patogenik ini sempat berkembang. Jangan campur dengan pestisida
lain, dan jangan gunakan air yang mengandung klorin untuk mengencerkan.
Tidak ada
laporan bahwa C. minitans menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain
yang negatif, yang disebabkan oleh penggunaannya.
Cryptococcus
albidus (Saito) Skinner
Jamur ini
digunakan sebagai fungisida untuk mengendalikan penyakit busuk oleh jamur
Penicillium dan Botrytis spp. pada penyimpanan buah-buahan (apel, pir).
Diaplikasikan dengan cara menyemprot buah, atau merendamnya dengan produk yang
mengandung C. albidus segera sesudah panen. Sesudah disemprot atau direndam,
buah-buah tersubut harus dibiarkan kering sebelum disimpan.
Mula-mula
jamur ini akan berkompetisi dengan patogen penyebab penyakit dalam hal ruang
dan makanan. Selanjutnya C. albidus menghasilkan dua macam protein yang
menghancurkan dinding sel jamur patogen, dan menghentikan pertumbuhannya.
Jangan dicampur dengan fungisida berspektrum luas lainnya, dan jangan
menggunakan air yang mengandung klorin untuk mengencerkannya.
Beberapa
spesies Cryptococcus dikatakan dapat menyebabkan infeksi kulit yang tidak
meluas pada hewan menyusui. LD50 oral pada tikus >4147 mg/kg, dan LD50
dermal >6750 mg/kg bb.
Fusarium
oxysporum Schlechtendal
Seperti
diketahui bahwa jamur Fusarium oxysporum adalah penyebab penyakit layu fusarium
pada beberapa jenis tanaman. Namun isolat Fo 47 merupakan isolat yang
non-patogenik (tidak menyebabkan penyakit) dan berkompetisi dengan isolat
patogenik (isolat yang menyebabkan penyakit). Isolat Fo 47 adalah mutant alami
dari jamur F. oxysporum, ditemukan pada tanah Chataeaurenard di Prancis
tenggara oleh peneliti dari INRA, dan kemudian sebagai fungisida mikrobiologi
diproduksi secara komersial. F. oxysporum isolat Fo 47 tidak dapat bersilang
dengan isolat yang patogenik.
F. oxysporum
isolat Fo 47 digunakan secara protektif untuk mencegah penyakit layu fusarium
yang disebabkan oleh isolat patogenik Fusarium oxysporum dan Fusarium
moniliforme (Gibberella fujikuroi), dengan tiga cara kerja. Pertama, dengan
kompetisi pada sistim perakaran tanaman. Isolat Fo 47 adalah penyerang yang
kuat dan sangat kompetitif dalam hal nutrisi dengan mikroorganisme lain. Kedua,
kompetisi di permukaan sistem perakaran. Mereka bersaing dalam memperoleh akses
untuk masuk ke lokasi dimana jamur menginfeksi akar tanaman. Ketiga, F.
oxysporum isolat Fo 47 mengaktifkan sistim kekebalan tanaman yang merangsang
tanaman untuk memproduksi fitoaleksin (zat alami yang diproduksi oleh tumbuhan
untuk melawan patogen) yang menghambat enzym pencernaan jamur patogen dan
mendetoksifikasi asam fusarik yang dihasilkan oleh jamur patogen.
Preparat
mengandung F. oxysporum isolat Fo 47 diaplikasikan di tanah baik di kebun
maupun di rumah kaca. Jangan diaplikasikan bersama fungisida tanah lainnya,
jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung
klorin.
Fusarium
oxysporum isolat Fo 47 tidak menyebabkan penyakit pada mamalia. Akut LD50 pada
tikus >5000 mg/kg, dan dermal (tikus) >2000 mg/kg.
Phlebiopsis
gigantea (Fr)
Massee
Jamur ini
pernah dikenal dengan nama lamanya Phlebia gigantea atau Peniophora gigantea.
Mula-mula diisolasi pada tahun 1987 oleh Finnish Forest Research Institute dari
log pohon spruce yang tertinggal di hutan. Digunakan untuk memperlakukan stum
pinus dan spruce pada tahun 1988, dan diproduksi secara komersial pada tahun
1991.
Dikembangkan
sebagai fungisida biologi untuk mengendalikan penyakit busuk akar yang
disebabkan oleh Heterobasidion annosum (syn. Fomes annosum).
Pseudozyma
flocculosa (Traquair et al.) Boekhout & Traquair
Jamur yang
dahulu dikenal sebagai Sporothrix flocculosa atau Stephanoascus flocculosus ini
dikenal sebagai fungi saprofit dan juga sebagai hiperparasit bagi jamur
penyebab embun tepung di Kanada, Amerika Serikat dan Eropa. Salah satu isolat
yang diproduksi secara komersial diisolasi dari daun red clover (Trifolium
pratense) yang ditutupi oleh cendawan embun tepung Erysiphe polygoni. Bahan
aktif dari produk adalah spora yang diformulasi dalam bentuk WP.
P.
flocculosa digunakan sebagai fungisida mikrobiologi untuk mengendalikan embun
tepung Sphaerotheca fuliginea yang sering terdapat pada tanaman Cucurbitaceae,
dan pada mawar. Agar efektif, saat aplikasi diperlukan kelembaban yang tinggi,
minimal 60%. Oleh karena itu disarankan untuk diaplikasikan pagi hari saat
embun masih ada atau petang hari.
Tidak ada
bukti bahwa jamur ini menyebabkan infeksi atau penyakit pada tikus. Tidak ada
laporan keracunan dai mereka yang bekerja dengan produk jamur ini selama 10
tahun terakhir. Bukan merupakan genotoksin.
Pythium
oligandrum Dreschler
Digunakan
sebagai fungisida untuk mengendalikan berbagai penyakit tular tanah pada
tanaman sayuran, serealia dan pepohonan, baik di rumah kaca maupun di kebun.
Diaplikasikan sebagi semprotan langsung di tanah, atau untuk perlakuan benih.
Selanjutnya jamur akan berkembang cepat di zona perakaran (rhizosfer) dan
mencegah tumbuhnya penyakit jamur tular tanah lainnya. P. oligandrum juga
merangsang pertumbuhan tanaman, sehingga tidak mudah diserang penyakit.
Gambar 01:
Hifa dari spesies Pythium sp. yang non-patogenik sedang mempenetrasi hifa
Phytophthora sp dari Agrios, 2005).
Jangan
diaplikasikan dengan bahan kimia lain, jangan gunakan air yang mengandung
klorin untuk mencampur. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, basa dan
juga basa.
Tidak ada
laporan bahwa Pythium oligandrum menyebabkan reaksi alergi atau efek
toksikologi lain yang negatif, yang disebabkan oleh penggunaannya. Disimpulkan
sebagai bahan yang toksisitasnya rendah.
Talaromyces
flavus (Klocker) Stolk & Samson
Isolat V117b
dari Talaromyces flavus diisolasi oleh Prophyta, dan askosporanya diformulasi
dalam bentuk WDG. Fungisida biologi ini ditargetkan untuk mengendalikan jamur
patogen tular-tanah seperti Verticillium dahliae, V. albo-atrum serta
Rhizoctonia solani pada tomat, mentimun, strawberry dan lainnya.
T. flavus
bekerja sebagai pesaing nutrisi dari jamur patogen pada rhizosfer dan tanah,
karena jamur ini mengkolonisasi daerah perakaran dengan cepat. Ada dugaan bahwa
jamur ini juga mengaktifkan sistim kekebalan tanaman terhadap jamur patogen,
dengan merangsang tanaman menghasilkan fitoeleksin yang menghambat invasi jamur
penyebab penyakit.
Produk
mengendung T. flavus diaplikasikan pada tanah, sebagai seed treatment atau
dengan mencelupkan (dipping) akar bibit yang akan ditanam. T. flavus tidak
menunjukkan toksistas oral, tidak menyebabkan infeksi atau penyakit pada hewan
percobaan. Jamur ini tidak tumbuh dengan baik >35oC.
Trichoderma
harzianum Tul
Trichoderma
harzianum terdapat secara alami sebagai salah satu komponen dari mikroflora
tanah, sering terdapat pada daerah perakaran (rhizosfer) akar tanaman yang
sedang tumbuh. Ada beberapa isolat jamur Trichoderma harzianum (dahulu dinamai
Trichoderma lignorum) yang telah diproduksi secara komersial sebagai fungisida
mikrobiologi.
- Trichoderma harzianum isolat
T-22 (Rifai isolat KRL-AG2)
Isolat T-22 merupakan hasil fusi protoplasma T. harzianum isolat T-95 dan T. harzianum isolat T-12. Sebagai fungisida biologi, isolat T-22 adalah isolat yang paling efektif dan paling kompetitif, untuk mengendalikan jamur patogen (baik patogen tular-tanah maupun patogen pada daun) seperti Pythium,
Rhizoctonia, Fusarium, Thielaviopsis, Cylindrocladium, Myrothecium, Botrytis dan Sclerotinia, pada tanaman sayuran, tanaman hias, kedelai dan jagung.
Gambar 02:
Kultur Trichoderma harzianum pada media potato-agar. Kiri: warna kehijauan
adalah spora (konidia) jamur. Kanan: belum menghasilkan spora (Dari
Harman).
Efikasi T.
harzianum isolat T-22 terhadap jamur patogen disebabkan oleh beberapa cara.
Pertama, T. harzianum T-22 dikenal sebagai mikoparasit yang menginvasi jamur
patogen dan memparasit benang-benang jamur (hifa) patogen. Jamur ini secara
persisten berada di zona perakaran tanaman, tetapi tidak dapat hidup tanpa
adanya akar yang sedang tumbuh. T. harzianum T-22 bersaing dengan jamur patogen
dalam hal nutrisi di zona akar tanaman. T. harzianum T-22 mempunyai efek pada
perkembangan akar tanaman dan membantu melarutkan berbagai hara tanah, sehingga
akar tanaman lebih kuat, hara yang tersedia bagi tanaman lebih banyak, yang
menyebabkan tanaman lebih dapat bertahan terhadap serangan penyakit. Terakhir,
T. harzianum T-22 mengaktifkan kekebalan sistemik dapatan (SAR: systemic
acquired resistance), yang akan melindungi tanaman dari penyakit.
T. harzianum
isolat T-22 dapat diaplikasikan baik dengan cara dicampur dengan tanah (dibenam
saat pengolahan tanah), dengan menyemprotkannya pada daun tanaman, dan sebagai
perawatan benih (seed treatment) misalnya pada jagung dan kedelai. Dapat
dicampur dengan fungisida lain, tetapi jangan diaplikasikan bersama bahan kimia
yang merupakan oksidator yang kuat, asam, basa atau air yang mengandung klorin.
T. harzianum
T-22 tidak menyebabkan infeksi atau penyakit pada mamalia, LD50 oral (tikus)
>500 mg/kg, menyebabkan iritasi mata, tetapi tidak pada kulit.
Gambar 03:
Kiri: hifa jamur Trichoderma harzianum (T) membelit hifa jamur patogen
Rhizoctonia solani (R). Kanan: nampak hifa R. solani sudah mulai hancur
(6 hari sesudah inokulasi) sedang hifa T. harzianum nampak normal (dari
Agrios, 2005).
- Trichoderma harzianum isolat
TH-35 dan TH-315
Isolat-isolat ini mula-mula diintroduksikan untuk mengaplikasi pembibitan pada tahun 1997. Fungisida mikroba ini diaplikasikan dengan menambahkannya pada tanah pesemaian atau di lapangan, untuk mengendalikan Pythium spp, Fusarium spp, Rhozoctonia solani dan Sclerotium rolfsii, pada berbagai tanaman termasuk sayuran, tanaman hias, serta tanaman lainnya.
T. harzianum
isolat TH-35 dan TH-315 berkembang pada rhizofer tanaman dan bersaing dengan
jamur parasit dalam hal nutrisi, membantu akar tanaman menyerap nutrisi lebih
baik, dan bekerja sebagai antagonis bagi jamur patogen dengan menyelubungi hifa
jamur parasit dan mencerna isinya.
Kompatibel
dengan, dan oleh karenanya dapat diaplikasikan bersama fungisida kebanyakan
lain, kecuali benomil dan karbendazim. Disarankan agar tanah yang akan
diperlakukan dengan T. harzianum isolat TH-35 dan TH-315 disterilkan dahulu
sebelumnya. Jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang
mengandung klorin.
Cendawan ini
tidak beracun bagi mamalia, tidak pernah dilaporkan sebagai menyebabkan
gangguan kesehatan. Dermal LD50 pada tikus >2000 mg/kg. Tidak menyebabkan iritasi
pada kulit dan mata.
Gambar 04:
Mikoparasitisme oleh salah satu strain Trichoderma terhadap fungi patogenik
(Pythium) di permukaan biji kapri (Dari Harman).
- Trichoderma harzianum isolat
T-39
Trichoderman harzianum isolat T-39 direkomendasikan untuk mengendalikan jamur patogen tanah Botrytis dan Sclerotinia. Fungisida biologi ini efektif untuk mengendalikan Botrytis cinerea pada tanaman muda dengan cara semprotan, dan juga digunakan kapang putih Sclerotinia sclerotiorum, Cladosporium fulvum dan penyakit-penyakit embun tepung. Direkomendasikan untuk digunakan pada tanaman anggur, sayuran, tanaman pertanian lainnya, baik di rumah kaca maupun pada lahan terbuka.
T. harzianum
merangsang sistim kekebalan tanaman (baik lokal maupun sistemik), menekan daya
racun enzym yang dihasilkan oleh cendawan patogen, dan berkompetisi dengan
jamur patogen dalam hal ruang dan nutrisi. Diaplikasikan pada tanah, atau
disemprotkan ke seluruh bagian tanaman yang dilindungi.
Tidak
kompatibel dengan, dan karenanya jangan dicampur dengan fungisida tertentu
(misalnya kelas benzimidazole). Jangan dicampur dengan senyawa kimia yang
bersifat oksidator kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.
T. harzianum
tidak menyebabkan penyakit atau infeksi pada mamalia. Oral LD50 (tikus) >500
mg/kg, menyebabkan iritasi mata, tetapi tidak pada kulit. Klasifikasi EPA
(formulasi) kelas III – IV.
Trichoderma
stromaticum Samuel & Pardo-Schultheiss
Jamur
Trichoderma stromaticum merupakan parasit pada miselium jamur Crinipellis
perniciosa, penyebab penyakit sapu setan (witches’ broom) pada tanaman kokoa.
T. stromaticum mengendalikan C. perniciosa dengan beberapa cara, termasuk
mikoparasitisme (parasit jamur), dan produksi enzym yang toksik bagi C.
perniciosa. Dilaporkan juga bahwa T. stromaticum dapat mengaktifkan sistim
kekebalan sistemik dapatan (SAR: systemik acquired resistance) tanaman,
sehingga lebih tahan terhadap serangan C. perniciosa.
Fungisida
mikrobiologi ini diaplikasikan dengan disemprotkan (volume tinggi) untuk
mengendalikan penyakit pada kanopi daun (efikasi sekitar 56%), dan dicampurkan
pada tanah dan serasah disekitar pohon kokoa untuk mengendalikan penyakit pada
serasah daun (efikasi hingga 99%).
Tidak ada
laporan bahwa Trichoderma stromaticum menyebabkan reaksi alergi atau efek
toksikologi lain yang negatif, yang disebabkan oleh penggunaannya.
Trichoderma
virens (Miller, Giden & Foster) von Arx
Jamur tanah
yang dahulu dikenal sebagai Gliocladium virens ini terdapat secara alami.
Trichoderma virens isolat GL-21 ditemukan dan diisolasi oleh Departemen
Pertanian Amerika Serikat (USDA), dan dipasarkan oleh Certis. Fungisida biologi
ini digunakan untuk mengendalikan penyakit rebah kecambah (damping off) tular
tanah dan penyakit-penyakit akar, seperti Pythium, Fusarium, Thielaviopsis,
Sclerotinia dan Sclerotium spp. pada tanaman tanaman hias dan tanaman pertanian
lainnya, baik di pesemaian, rumah kaca ataupun di lapangan.
Trichoderma
virens mengendalikan jamur patogen dengan tiga cara berbeda. Pertama, T. virens
menghasilkan antibiotika, gliotoksin, yang membunuh jamur patogen; kedua, T.
virens adalah parasit bagi jamur patogen; dan yang ketiga T. virens bersaing
dengan jamur patogen dalam mendapatkan nutrisi.
T. virens
diaplikasikan dengan mencampurkannya dengan tanah sebelum tanam. Jangan
diaplikasikan pada tanaman yang sudah sakit, tidak dicampur dengan fungisida
lain, tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan jangan
dicampur dengan air yang mengandung klorin.
Tidak ada
laporan bahwa Trichoderma stromaticum menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi
lain yang negatif, yang disebabkan oleh penggunaannya.
Trichoderma
viride Persoon
T. viride
digunakan sebagai fungisida untuk mengendalikan berbagai penyakit yang
disebabkan oleh jamur tanah, seperti Rhizoctonia spp., Fusarium spp.,
Phytophthora spp., dan Pythium spp., pada tanaman hias, sayuran, tanaman buah,
serealia, dan sebagainya. Jamur berguna ini diaplikasikan dengan memasukkannya
kedalam tanah, dan terutama bekerja sebagai pesaing dari jamur patogen dalam
mendapatkan nutrisi.
Lain-lain
- Campuran dari Trichoderma harzianum (isolat ATCC 20475) dan T. viride (isolat ATCC 20476), fungisida, digunakan untuk mengendalikan berbagai jamur patogen baik di tanah maupun pada kanopi daun, seprti Armillaria mellea, Chandrostereum purpureum, Pythium spp., Fusarium spp., Rhizoctonia spp., dan Sclerotium rolfsii pada kebun buah, tanaman hias, sayuran. Juga untuk mengendalikan penyakit-penyakit pasca-panen pada buah-buahan dan sayuran.
- Campuran Trichoderma polysporum (isolat IMI 206039/ATCC 20475) dan T. harzianum (isolat IMI 206040/ATCC 20476), fungisida, digunakan untuk mengendalikan penyakit tular-tanah, terutama Botrytis cinerea, Heterobasium annosum, dan Chandrostereum purpureum, pada tanaman dalam pot dan penutup luka (misalnya sesudah pemangkasan) pada pohon buah dan tanaman hias.
Fungisida Biologi: Bakteri
Telah
dilaporkan sekitar 16 genus bakteri mempunyai potensi sebagai antagonis bagi
penyebab penyakit tumbuhan, yakni (Habazar dan Yaherwandi, 2006):
Agrobacterium, Bacillus, Bdellovibrio, Burkholderia, Enterobacter, erwinia,
Herbaspirillum, Klebseilla, Cryptococcus, Curtobacterium, Paenibacillus,
Pantoea, Pasteuria, Pseudomonas, Streptomyces dan Serratia.
Dari antara
genus-genus bakteri tersebut, yang terkenal diantaranya adalah (Agrios, 2005; Copping,
2004)
Agrobacterium radiobacter§
Bacillus pumilus, Bacillus subtilis, dan Bacillus subtilis var. amyloliquefaciens§
Brevibacillus brevis§
Burkhoderia cepacia (fungisida dan nematisida)§
Enterobacter§
Pantoea agglomerans§
§ Pseudomonas aureofaciens, Pseudomonas chlororaphis, Pseudomonas fluorescens (fungisida dan bakterisida), Pseudomonas syringae, dan Pseudomonas tolassii (bakterisida),
Streptomyces griseoviridis, dan Streptomyces licidus§
Agrobacterium radiobacter§
Bacillus pumilus, Bacillus subtilis, dan Bacillus subtilis var. amyloliquefaciens§
Brevibacillus brevis§
Burkhoderia cepacia (fungisida dan nematisida)§
Enterobacter§
Pantoea agglomerans§
§ Pseudomonas aureofaciens, Pseudomonas chlororaphis, Pseudomonas fluorescens (fungisida dan bakterisida), Pseudomonas syringae, dan Pseudomonas tolassii (bakterisida),
Streptomyces griseoviridis, dan Streptomyces licidus§
Di bawah ini
diuraikan secara singkat beberapa di antara fungisida bakteri yang telah
berhasil diformulasi dan diproduksi secara komersial.
Agrobacterium
radiobacter (Beijerink and van Delden) Conn
Bakteri ini
terdapat secara alami di berbagai tempat di dunia. Beberapa isolat bakteri ini
telah diproduksi secara komersial sebagai bakterisida, yakni isolat K84, isolat
K89 dan isolat K1026. Isolat K1026 ditemukan dan dikembangkan di Australia oleh
Bio-Care Technology, dan isolat K84 diproduksi oleh AgBioChem.
Bakteri
berguna ini berkompetisi dengan, dan karenanya digunakan untuk mengendalikan
Agrobacterium tumifaciens, bakteri dari genus yang sama yang menyebabkan
penyakit crown gall, pada beberapa tanaman, termasuk tanaman buah-buahan,
anggur, dan tanaman hias. Digunakan secara preventif untuk mencegah agar A.
tumifaciens tidak berkembang. Ada bukti bahwa A. radiobacter mengeluarkan zat
anti-bakteri yang menghambat berkembangnya A. tumifaciens.
Diplikasikan
dengan merendam stek, bibit atau benih tanaman ke dalam suspensi bakteri dan
ditanam segera sesudah diperlakukan. Sesudah bahan tanaman ditanam, diikuti
dengan pengocoran (drenching) pada tanah di sekitar tanaman. Sebaiknya jangan
digunakan sebagai campuran dengan bahan kimia lainnya, jangan gunakan air yang
mengandung klorin, dan jangan digunakan bersama fungisida broad spektrum
lainnya, seperti fungisida yang mengandung tembaga, bakterisida atau pupuk.
Tidak ada
laporan bahwa A. radiobacter menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi
lain yang negatif, baik pada pekerja produksi maupun petani pengguna.
Bacillus
pumilus Meyer and Gottheil
Bakteri yang
dimanfaatkan sebagai fungisida mikrobiologi ini dapat dijumpai di tanah dalam
berbagai habitat di seluruh dunia. Yang telah diproduksi secara komersial
adalah B. pumilus isolat QST2808 karena efikasinya terhadap berbagai jamur
patogen yang penting secara ekonomi.
Bakteri ini
digunakan untuk mengendalikan berbagai macam penyakit, termasuk embun tepung
(powdery mildew), embun bulu (downy mildew), dan penyakit karat (rust) pada
tanaman serealia, buah-buahan, sayuran dan anggur. Bacteri ini menghambat
pertumbuhan jamur di permukaan daun, dan dapat mengaktifkan sistim kekebalan
tanaman. B. pumillus memiliki kemampuan preventif dan kuratif. B. pumillus
umumnya dapat digunakan sebagai campuran dengan banyak jenis fungisida,
insektisida, pupuk daun dan bahan perata. Jangan digunakan bersama bahan kimia
yang bersifat pengoksidasi, asam, basa serta air yang mengandung klorin.
Diformulasi sebagai WP atau AS dan diaplikasikan dengan cara penyemprotan.
Klasifikasi toksisitas EPA (formulasi) kelas III.
Bacillus
subtilis (Ehrenbeg) Cohn
Bacillus
subtilis ini terdapat secara alami. Ada beberapa isolat yang telah diproduksi
secara komersial sebagai fungisida mikrobiologi karena isolat-isolat ini paling
efektif untuk mengendalikan berbagai penyakit karena jamur dan juga bakteri.
- Bacillus subtilis isolat GB03
Fungisida, diintroduksikan sebagai seed treatment oleh Christian Hansen Biosystem pada tahun 1994. Diaplikasikan dengan cara perawatan benih (seed treatment) atau pengocoran (drenching) pada pesemaian dan saat pindah
tanam. Begitu diaplikasikan B. subtilis akan berkembang dan membentuk koloni di daerah perakaran tanaman yang diperlakukan, dan berkompetisi dengan jamur patogen yang menyerang akar. Diaplikasikan untuk mencegah atau mengendalikan penyakit pesemaian dan tanaman muda, seperti Fusarium spp., Pythium spp, dan Rhizoctonia spp., pada tanaman kedelai, kacang tanah, gandum, tanaman leguminosa, dan kapas.
Dalam penggunaan jangan dicampur dengan fungisida captan dan fungisida berbahan aktif tembaga, serta jangan dicampur dengan bahan kimia yang bersifat pengoksidasi, asam, basa dan air yang mengandung klorin. - Bacillus subtilis isolat MBI
600
Fungisida, efektif diaplikasikan sebagai seed treatment untuk mengendalikan jamur patogen tular tanah seperti Fusarium, Aspergillus, Pythium dan Rhizoctonia, dan disemprotkan untuk mengendalikan penyakit pada daun oleh Botrytis dan embun tepung, pada tanaman kedelai, kapri, kacang tanah, kacang-kacangan lainnya, kapas, gandum dan jagung.
Jangan dicampur dengan fungisida semacam captan dan fungisida berbahan aktif tembaga. Dapat dicampur dengan insektisida yang biasa digunakan untuk perawatan benih. - Bacillus subtilis isolat QST
713
Fungisida dan bakterisida diaplikasikan dengan cara penyemprotan untuk mengendalikan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri patogen, seperti Botrytis cinerea, Uncinula necator, Podosphaerea leucotricha, Erysiphe spp., Sphaeroteca spp., Leveillula taurica, Oidium spp., Peronospora spp., Botryosphaeria dothidea, Phtophthora infestans, Xanthomonas spp., Sclerotinia minor dan Plasmopara viticola, pada tanaman-tanaman anggur, Cucurbitaceae, Cruciferae, brokoli, cabai, tomat, kentang, wortel, sayuran lainnya dan tanaman hias.
Dapat
digunakan bersama insektisida, fungisida, bakterisida, pupuk daun dan bahan
perata yang umum lainnya. Jangan dicampur dengan bahan kimia yang bersifat
pengoksidasi, asam, basa dan air yang mengandung klorin.
Bacillus
subtilis (Ehrenberg) Con.) var. amyloliquefaciens
Juga
merupakan bakteri yang terdapat secara alami di tanah dan sampah dedaunan, dan
dimanfaatkan sebagai fungisida. FZB Biotechnik telah memproduksi secara
komersial isolat FZB24 dari tiga isolat (FZB13, FZB24 dan FZB42) yang mereka
isolasi. Isolat FZB24 efektif untuk mengendalikan jamur patogen tular tanah
seperti Rhizoctonia dan Fusarium pada tanaman dalam rumah kaca atau tanaman
outdoor di tempat yang teduh, dengan cara seed treatment.
Disarankan
untuk mencampur terlebih dahulu produk mengandung B. subtilis var.
amyloliquefaciens dengan air hangat untuk mengaktifkan bakteri sebelum
dilarutkan lebih lanjut. Diaplikasikan dengan cara pengocoran (drenching) pada
tanah segera setelah bibit ditanam, atau dengan mencelupkan bibit atau stek ke
dalam larutan berisi B. subtilis var. amyloliquefaciens sebelum ditanam. Jangan
dicampur dengan bahan kimia yang bersifat pengoksidasi, asam, basa, dan air
yang mengandung klorin. Jangan digunakan bersama fungisida berbahan aktif
tembaga dan bakterisida semacam streptomisin.
Brevibacillus
brevis
Dahulu
dikenal sebagai Bacillus brevis, merupakan fungisida mikrobiologi untuk
mengendalikan Botrytis cinerea, Pythium spp. dan Sphaeroteca fuliginea, dan
penyakit tular tanah dan penyakit-penyakit pangkal batang serta daun lainnya,
pada tanaman serealia dan kentang.
Brevibacilus
brevis mengendalikan jamur patogen dengan dua cara yang berbeda. Pertama, B.
brevis menghasilkan metabolit, semacam antibiotika anti-fungal yakni gramisidin
S, yang merusak membran sitoplasma, terutama pada spora yang sedang berkecambah
dan germ-tube jamur. Jangan dicampur dengan pestisida kimiawi lain.
Burkholderia
cepacia (Palleroni & Holmes) Yabuuchi
Bakteri yang
dimanfaatkan sebagai fungisida dan nematisida ini dahulu disebut Pseudomonas
cepacia, merupakan jamur yang umum terdapat pada rizhofer (daerah perakaran)
tumbuhan. Isolat J82 (Wisconsin) dipilih karena mudah di produksi secara
komersial dan efektif untuk mengendalikan penyakit tular tanah dan nematoda. B.
cepacia sangat agresif mengkolonisasi daerah perakaran tanaman, dan merupakan
antagonist bagi jamur dan nematoda patogen. Diaplikasikan dengan cara perlakuan
benih (seed treatment) dan pencelupan biibit (dipping)
Dapat
dicampur dengan kebanyakan pestisida, kecuali dengan fungisida berbahan aktif
tembaga. Jangan dicampur dengan bahan kimia yang bersifat pengoksidasi, asam,
basa dan air yang mengandung klorin.
Pantoea
agglomerans (Ewing & Five) Gavini et al
Dahulu
bakteri ini dikenal dengan nama Enterobacter agglomerans. Bakteri ini terdapat
secara alami di tanah. Isolat C9-1 dipilih untuk diproduksi sebagai fungisida
secara komersial, dan digunakan untuk mengendalikan penyakit fire blight
(Erwinia amylovora) pada apel dan pir, dan diaplikasikan dengan semprotan
volume tinggi bila kondisi kondusif bagi timbulnya Erwinia amylovora.
Tidak boleh
dicampur dengan fungisida broad-spectrum seperti fungisida berbasis tembaga,
dan jangan dicampur dengan bahan kimia pengoksidasi yang kuat, asam, basa dan
jangan gunakan air yang mengendung klorin untuk mengencerkannya.
Tidak ada laporan bahwa A. radiobacter menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.
Tidak ada laporan bahwa A. radiobacter menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.
Pseudomonas
aureofaciens
Isolat Tx-1
diisolasi dari jaringan pangkal batang semacam rumput pada tahun 1989, dan
digunakan sebagai fungisida mikrobiologi untuk mengendalikan Sclerotinia
homeocarpa, Colletrotichum spp., dan Pythium aphanidermatum, terutama pada rumput
hias (turf). Pseudomonas aureofaciens menghasilkan metabolit yang beracun bagi
jamur sasaran, seperti phenazine carboxylic acid (PCA) dan derivatnya.
Dalam
penggunaannya jangan dicampur dengan fungisida broad-spectrum seperti fungisida
berbasis tembaga, dan jangan dicampur dengan bahan kimia pengoksidasi yang
kuat, asam, basa dan jangan gunakan air yang mengendung klorin untuk
mengencerkannya.
Tidak ada
laporan bahwa P. aureofaciens menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi
lain yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani
pengguna.
Pseudomonas
chlororaphis (Guingard & Sauvageau) Bergey
Fungisida
mokroorganisme ini diisolasi dari bakteri tanah Pseudomonas chlororaphis yang
secara alami terdapat mengkolonisasi akar tumbuhan, mengeluarkan senyawa yang
memacu pertumbuhan tanaman, dan menghambat tumbuhnya jamur penyebab penyakit.
Tumbuhan yang di akarnya terdapat P. chlororaphis, karenanya, perkembangan
akarnya lebih baik, tumbuhan lebih sehat, hasilnya lebih baik.
Pseudomonas
chlororaphis dimanfaatkan sebagai fungisida untuk mengendalikan jamur penyakit
tular-tanah (soil-borne) dan tular-benih (seed-borne). Diaplikasikan dengan
cara perlakuan benih pada tanaman serealia, dan ada pula yang diformulasi
sebagai WP untuk menyemprot tanaman di rumah kaca dan pesemaian tanaman hias
dan sayuran.
Yang diformulasi sebagai seed treatment jangan digunakan bersama fungisida spektrum luas lainnya, sedang yang WP dapat dicampur dengan pupuk daun dan kebanyakan fungisida.
Yang diformulasi sebagai seed treatment jangan digunakan bersama fungisida spektrum luas lainnya, sedang yang WP dapat dicampur dengan pupuk daun dan kebanyakan fungisida.
Tidak ada
laporan bahwa P. chlororaphis menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi
negatif lainnya, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.
Pseudomonas
fluorescens (Trevisan) Migula
Fungisida
dan bakterisida. Terdiri atas beberapa isolat, dengan efikasi serta organisme
target yang berbeda. Salah satu isolat digunakan sebagai fungisida untuk
mengendalikan penyakit fire blight (Erwinia amylovora) serta penyakit tular
tanah Fusarium dan Rhizoctonia. Isolat lain digunakan untuk mengendalikan Pseudomonas
tolassi. Yang lain-lagi digunakan sebagai anti-frost.
Pseudomonas
syringae Van Hall
Dahulu
dikenal sebagai Pseudomonas cerasi, Pseudomonas syringae digunakan sebagai
fungisida untuk mengendalikan penyakit-penyakit pasca-panen di penyimpanan,
pada tanaman apel, pir, sayuran , lemon, jeruk, pisang dsb. Yang sudah
diproduksi secara komersial adalah isolat ESC-10 (006441), dan ESC-11 (006451).
Diaplikasikan
baik sebagai dipping (pencelupan) atau penyemprotan. Cara kerjanya belum
sepenuhnya dipahami, namun P. syringae akan menutupi permukaan buah-buah
yang diperlakukan dan menghalangi jamur patogen untuk menyerang buah tersebut.
P. syringae
Isolat ESC-10 dan ESC-11 tidak menyebabkan menimbulkan efek negatif pada
mamalia bila termakan atau mengenai kulit. Lebih lanjut, bakteri ini tidak bisa
hidup pada temperatur >32oC. P. syringae tidak menyebabkan reaksi alergi
atau efek toksikologi lain yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi
maupun pada petani pengguna.
Pseudomonas
tolassi bakteriofaga
Pseudomonas
tolassi bakteriofaga adalah bakteri penyebab penyakit pada Pseudomonas tolassi,
oleh karena itu secara spesifik digunakan sebagai bakterisida untuk
mengendalikan Pseudomonas tolassi pada budidaya jamur Agaricus dan Pleurotus
spp. Diproduksi dengan mengisolasi in vivo dari sel bakteri P. tolassi.
P. tolassi
bakteriofaga tidak lazim digunakan bersama dengan pestisida lain. Tidak
menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi negatif lainnya, baik pada
pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.
Streptomyces
griseoviridis Anderson et al
Beberapa
isolat Streptomyces griseoviridis diketahui mempunyai sifat antagonis terhadap
jamur patogen tular-benih dan tular-tanah. Dari beberapa isolat yang diisolasi
oleh Departement of Plant Pathology University of Helsinki, dipilihlah isolat K
61 untuk dikembangkan lebih lanjut.
Isolat K 61
bekerja sebagai fungisida dengan berbagai macam cara. Pertama bakteri ini akan
mengkolonisasi daerah perakaran dan berkompetisi dengan jamur patogen dalam hal
ruang dan nutrisi. Selanjutnya P. griseoviridis isolat K 61 juga menyebabkan
hancurnya dinding sel jamur patogen oleh enzym yang diproduksi oleh isolat K
61. Akhirnya, S. griseoviridis isolat K 61 juga menghasilkan metabolit yang
bersifat anti-jamur.
Sebagai
fungisida digunakan untuk mengendalikan jamur patogen tular-tanah, terutama
Fusarium spp., yang menyebabkan layu fusarium, dan busuk akar. Juga menunjukkan
efikasi untuk mengendalikan jamur tular-tanah dan tular-benih lainnya, seperti
Alternaria spp., Pythium spp., Phytophthora spp., Rhizoctonia spp., dan
Botritys cinerea; pada tanaman sayuran, tanaman hias atau semak dalam rumah
kaca.
Produk
mengandung S. griseoviridis isolat K 61 diaplikasikan sebagai seed treatment,
disemprotkan atau dikocorkan (drenching) pada media tanam. Direkomendasikan
untuk tidak mencampurnya dengan pestisida lain atau pupuk cair, dan jangan
gunakan air yang mengandung klorin untuk mengencerkannya.
Tidak ada
laporan bahwa S. griseoviridis menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi
negatif lainnya, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.
Tidak toksik atau menyebabkan penyakit pada tikus hingga takaran 15 g/kg. LD50
dermal >2000 mg/kg. Tidak menyebabkan iritasi kulit, tetapi menyebabkan
iritasi ringan pada mata (akan pulih dalam 2 hari).
Streptomyces
lydicus De Boer et al
Bakteri
bermanfaat Streptomyces lydicus adalah bakteri (Actinomycetales) saprofit dan
banyak terdapat pada daerah perakaran. Isolat WYEC 108 yang diproduksi secara
komersial diisolasi dari tanaman linseed di Amerika Serikat, dan digunakan
sebagai fungisida untuk mengendalikan jamur patogen tular-tanah, jamur penyebab
busuk akar dan rebah kecambah pada tanaman di rumah kaca, sayuran serta tanaman
hias. Sangat menjanjikan untuk dikembangkan pada tanaman pertanian lainnya.
Beberapa jamur patogen yang dapat dikendalikannya adalah Fusarium, Rhizoctonia,
Pythium, Phytophthora, Phytomatotricum, Aphanomyces, Monosprascus, Armillaria
dan jamur perusak akar lainnya.
Diaplikasikan
dengan cara dicampur dengan tanah atau dikocorkan (drenching), tidak digunakan
untuk menyemprot tanaman secara langsung. S. lydicus isolat WYEC 108
selanjutnya akan berkembang dan mengkolonisasi daerah perakaran tanaman,
bertindak sebagai parasit dari jamur patogen (mikoparasit) dan melindungi
tanaman dari jamur patogen. S. lydicus juga menghasilkan metabolit (antibiotika
atau senyawa anti-jamur lainnya) ke daerah perakaran. Tanaman yang ditanam di
tanah yang telah diperlakukan dengan S. lydicus juga menunjukkan peningkatan
tampilan bibit, sistim perakaran yang lebih kuat, hasil meningkat dan menekan
jumlah tanaman yang lemah.
S. lydicus
belum pernah dilaporkan menyebabkan penyakit pada manusia, atau menyebabkan
efek negatif pada manusia. LD50 oral untuk tikus (formulasi) >5050 mg/kg.
Klasifikasi toksisitas EPA (formulasi) kelas IV.(sumber HKTI)
No comments:
Post a Comment